Friday, May 14, 2010

Kenit mati?

"Kenit mati?Macamana boleh mati?"Tiba-tiba ku rasa tubuhku longlai dan layu. Airmataku gugur satu-satu."Cikgu!Ni hadiah hari guru untuk cikgu."Hadiah diberi kuterima dengan hati terbuka.Aku sedar masyarakat di situ takkan mampu memberiku hadiah mahal berjenama.Beras baru, daun mengkudu telah cukup indah bagiku sebagai hadiah.Ku tenung hadiah di tangan.Lama.Tidak dapat ku agak gerangan isinya. Berkotak tidak, berbalut pun tidak.Cuma tabung buluh lusuh tetapi masih utuh.Ku cuba intai ke dalam untuk melihat isi yang terpendam.Namun mataku tidak mampu melihat jauh.Ku goncang perlahan dan isinya ku tuang."Eeiii!Kenitnya!"Aku terkejut dengan hadiah tidak diduga. Si Kenit besar sedikit dari syiling lima puluh sen, ku letak di tapak tangan.Pulang ke rumah,ku letak ke dalam kotak.Ku jaga dan ku pelihara seperti menjaga dan memelihara anakku sendiri.Setiap hari ku beri kangkung segar agar Kenit sihat, segar bugar.Hari berganti bulan dan bulan berganti tahun.Si Kenit ku pelihara lepas bebas merata-rata.Meskipun tanpa suara,aku tahu bila panggilanku dibalasnya.Tuntutan kerja memaksaku berhijrah namun Si Kenit dan aku tidak pernah berpisah.Ku bawa Si Kenit ke mana sahaja hatta berhijrah ke sebuah kota.Si Kenit kini tidak kenit lagi ibarat anak telah besar tinggi.Ku bawa pulang Si Kenit ke kampung namun ajalnya yang menanti.Kenitku,anak kura-kura hadiah Hari Guru...

0 comments:

Post a Comment